Rumah Adat Riau | Rumah Selaso Jatuh Kembar
Artikel di bawah ini merupakan penjelasan secara detail mengenai seluk beluk rumah adat Riau yang dikenal dengan nama rumah adat selaso jatuh kembar.
Provinsi Riau berada di bagian tengah pulau Sumatera dengan Pekanbaru sebagai ibukotanya. Batas provinsi Riau di bagian utara yaitu dengan Provinsi Sumatera Utara dan Selat Malaka, Batas provinsi di bagian Selatan dengan Provinsi Jambi, bagian Barat dibatasi oleh Provinsi Sumatera Utara dan Sumatera Barat, dan di bagian Timur dibatasi oleh Laut Cina Selatan.
Riau memiliki beberapa rumah adat yang dapat diklasifikan berdasarkan desain atapnya dan daerahnya. Awalnya pengklasifikasian tersebut menghasilkan empat jenis rumah adat Riau dengan rumah adat selaso jatuh kembar sebagai rumah adat resmi provinsi riau dan umumnya disematkan kata rumah melayu, karena masyarakat Riau yang didominasi oleh suku melayu. Namun selain itu, terdapat juga rumah adat dari suku pedalaman di wilayah Riau, yaitu dari suku sakai yang disebut umah. Sehingga rumah adat yang terdapat di provinsi Riau terdapat sebanyak lima jenis. Berikut jenis rumah adat yang berada di provinsi Riau :
1. Rumah Selaso Jatuh Kembar atau Balai Salaso Jatuh
2. Rumah Melayu Atap Limas Potong
3. Rumah Melayu Atap Lipat Kajang
4. Rumah Melayu Atap Lontik
5. Umah Suku Sakai
Perbedaan gaya rumah adat masing-masing daerah dipengaruhi oleh faktor budaya dan geografis masing-masing daerah dan kabupaten. Namun terdapat pula persamaannya, yaitu bentuk rumah adat yang berupa rumah panggung dengan tiang sebagai penopang dan arah rumah yang dibangun menghadap sungai. Hal ini dilakukan karena pemanfaatan sungai oleh penduduk sebagai mode transportasi pada saat itu.
1. Rumah Selaso Jatuh Kembar
Rumah adat selaso jatuh kembar merupakan rumah adat resmi provinsi Riau yang diperkenalkan dan diresmikan oleh Gubernur Riau Imam Munandar sebagai rumah adat penduduk Riau. Selaso Jatuh Kembar merupakan rumah panggung dengan bangunan yang sangat besar dan berlantai lebih dari satu. Penamaan selaso jatuh kembar diberikan karena jumlah selasar (selaso) pada rumah ini yang lebih dari satu (salaso). Sedangkan kata jatuh disematkan karena posisi selaso dibagian depan memiliki posisi yang lebih rendah (turun) daripada selaso dalam ruang utama sehingga selaso depan disebut selaso jatuh.
Walaupun dipilih sebagai rumah adat resmi Riau, rumah adat selaso jatuh kembar tidak digunakan sebagai tempat tinggal masyakarat kala itu, namun dimanfaatkan sebagai balai adat. Oleh karena itu rumah adat salaso jatuh kembar disebut juga balai selaso jatuh. Sebagai balai adat, selaso jatuh kembar rutin difungsikan sebagai tempat bermusyawarah, berdiskusi atau rapat secara adat. Balai selaso jatuh kembar ini sudah sulit ditemukan keberadaannya karena fungsinya hanya sebagai balai adat kala itu, mulai ditinggalkan penduduknya dan sering dimanfaatkan sebagai balai serbaguna dan panggilannya dibuat sesuai dengan pemanfaatannya, diantaranya Balairung Sari, Balai Pengobatan, Balai Kerapatan, dan lainnya. Replika balai selaso jatuh dapat dilihat juga di taman mini Indonesia indah anjungan Riau. Namun rumah adat ini hanya memiliki satu selaso depan hingga disebut Balai Selaso Jatuh Tunggal.
Walau bukan tempat hunian dan berupa balai, rumah selaso jatuh kembar memiliki beberapa bagian ruangan. 3 bagian utamanya yakni, selasar (selaso), ruang utama dan dapur. Penyebutan selaso jatuh kembar mengacu pada dua selaso utama yang dimiliki rumah adat ini dengan ketinggian yang berbeda. Namun pembagian selaso dibagi menjadi tiga area sesuai dengan posisinya. Pertama, selaso depan yang tidak berhubungan dengan rumah utama yang berkoneksi dengan tangga dan memiliki ketinggian selaso yang sama dengan selaso jatuh. Kedua, selaso jatuh sebagai penghubung selaso depan dengan ruang utama dan memiliki ketinggian lebih rendah dari ruang utama. Sedangkan yang ketiga yakni selaso dalam sebagai lantai rumah utama.
Namun saat ini jarang ditemui rumah selaso jatuh kembar yang masih mengadopsi pembagian selasar seperti ini. Kebanyakan hanya terdiri dari dua selasar, yaitu selaso dalam dan selaso jatuh, itu pun tanpa adanya perbedaan ketinggian.
Ciri rumah selaso jatuh kembar sebagai balai adat adalah adanya ruang utama yaitu berupa ruangan luas yang terbagi menjadi tiga area namun tanpa sekat pemisah, yaitu ruang muka, ruang tengah dan ruang dalam. Akan tetapi, saat ini banyak balai selaso yang ruang utamanya dibagi menjadi beberapa ruangan, diantaranya ruang dengan ukuran besar sebagai ruang pertemuan, ruang penyimpanan benda adat maupun perlengkapan tari dan alat musik, dan ruang tidur sebagai tempat peristirahatan sementara. Bagian terakhir yaitu dapur atau telo yang berada di bagian belakang rumah. walau terdapat perbedaan dalam pembagian ruang, balai selaso jatuh kembar ini memiliki struktur rumah pada umumnya yaitu memiliki atap, tiang, jendela, pintu, dinding, lantai, serta tangga karena bentuk bangunannya yang berupa rumah panggung.
1.1 Atap Selaso Jatuh Kembar
Rumah selaso jatuh kembar identik dengan adanya simbol berupa silangan di perabung atau ujung atap yang bernama Selembayung yang diambil dari kata Sulo Bayung dan kaki atap yang bernama disebut Sayok Layangan. Symbol ini menunjukkan kepercayaan para penduduk melayu terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Bahan utama atap yang dipakai olah para penduduk kala itu adalah daun rumbia dan daun pinah yang diikatkan pada tulang bubung memakai tali rotan. Sedangkan perabung ditancapkan pada atap memakai nibung. Bahan ini nyaman dan sejuk dipakai karena suhu riau yang sangat panas oleh karna posisinya yang berada tepat pada garis katulistiwa.
Pada sebagian rumah selaso jatuh kembar terdapat loteng atau langsa dibawah atap rumah dan paran atau para khusus untuk loteng di daerah dapur. Loteng ini sangatlah yang unik karena selain menciptakan adanya ruangan kosong, loteng ini hanya dipasang disebagian rumah saja sedangkan khusus ruang tamu dibiarkan melompong. Hal ini dilakukan untuk memasang pelaminan bila melangsungkan acara pernikahan dirumah, karena umumnya pelaminan melayu sangat tinggi. Ruangan kosong ini umumnya dimanfaatkan calon penganten untuk mencuri lihat pasangannya saat masa pingit tiba ataupun hanya sekedar mengintip tamu yang bertandang. Oleh karena itu disematkan nama Anjungan Mengintai pada ruang kosong loteng selaso jatuh kembar ini. Bahan utama dari loteng ini banyak memakai papan dari Merbau yaitu kayu keras yang tipis dan kuat.
Loteng ini juga dilengkapi lubang-lubang angin yang besar sebagai ventilasi yang disebut Bidai atau Singap. Umumnya dibuat berundak-undak dengan hiasan cantik. Pada bagian yang mencuat keluar diberi lantai dan disebut Teban Layer. Bentuk bidai yang digunakan bervariasi namun selalu simetris seperti segi empat, segi enam, segi delapan dan juga bulat. Bidai ini dibangun dari kayu sungkai dan selain pada atap, bidai ini juga berada pada pintu dan jendela. Rumah selaso jatuh kembar ini banyak memiliki ventilasi oleh karena suhu daerah yang panas sehingga dapat mengurangi hawa panas dalam rumah.
Pada bagian atap terdapat Kasau yaitu kaki kuda-kuda atap dan digunakan sebagai pengikat atap. Kasau terbagi menjadi kasau jantan yang berada di bagian bawah dan kasau betina dibagian atas. Selain itu terdapat gulung-gulung berada diantara kasau jantan dan kasau betina. Gulung-gulung ini berupa persegi yang dipasang sejajar dengan tulang bubung.
1.2 Tiang Selaso Jatuh Kembar
Tiang penopang rumah melayu dipenuhi oleh banyak makna. Baik dari bentuk tiang, jumlah dan ukirannya. Bentuk tiang terdiri atas beberapa jenis dan tentu saja memiliki makna yaitu, persegi empat dan delapan yang bermakna arah mata angin agar rejeki dan berkah mendatangi dari setiap penjuru. Bentuk persegi enam menggambarkan rukun iman sesuai dengan keyakinan agama penghuni rumah yaitu agama Islam. Bentuk persegi tujuh mewakili surga dan neraka yang memiliki tujuh tingkatan dan persegi Sembilan atau juga dikenal dengan sebutan tiang rangkaye, yaitu sebuah tiang yang menggambarkan strata ekonomi penghuninya.
Rumah selaso kembar memiliki tiang penopang seperti rumah melayu pada umumnya, yaitu terdapat tiang utama yang terdiri atas tiang seri dan tiang penghulu atau tiang tuo dengan jarak antar tiang sebesar 3 meter. Tiang utama biasanya berjumlah genap dan memiliki ketinggian mulai 1 meter hingga sampai 2,5 meter berbanding lurus dengan kondisi geografis sekitar rumah. Semakin dekat dekat sungai atau laut maka tiang akan semakin tinggi. Kayu yang digunakan untuk membuat tiang ini umumnya menggunakan kayu keras seperti kayu Kulim, Tembesu, Resak dan Punak. Namun saat ini banyak rumah adat selaso jatuh kembar yang memodifikasi material tiangnya dengan batu bata dan semen. Umumnya diaplikasikan pada bagian tiang kolong agar lebih kokoh.
Tiang-tiang ini tidak memiliki sambungan hingga ke ujung atas tiang dan tiang-tiang ini dikunci menggunakan tutup tiang. Terdapat dua jenis tutup tiang yang digunakan, yaitu tutup tiang panjang untuk mengunci tiang seri, dan tutup tiang pendek untuk mengunci tiang lainnya. Pada tiang terdapat pasak berbentuk persegi yang menembus tiang yang disebut rasuk atau gelegar dan direkatkan oleh jenang. Terdapat dua jenis rasuk atau gelegar yaitu, Rasuk Induk yang berukuran besar dan Rasuk Anak yang berukuran kecil. Untuk menguhubungkan antar Jenang digunakan kayu-kayu yang disebut Sento atau anak Jenang dengan ukuran lebih kecil dari Jenang. Cara menghubungkannya dengan memahat Sento kedalam Jenang.
1.3 Dinding Selaso Jatuh Kembar
Dinding rumah selaso jatuh kembar kala itu bahan utamanya menggunakan papan yang berasal dari kayu kualitas tinggi seperti kayu meranti, kayu punak, atau kayu medang. Papan untuk dinding ini dibuat tegak lurus dengan lantai, walaupun umumnya rumah melayu memasang dinding dengan posisi sedikit miring. Pemasangan dinding pada rumah ini menggunakan teknik Lidah Pian, yaitu papan disusun rapat dan berhimpit memakai kayu keras dan tidak berserabut. Tapi sekarang ini umumnya dinding rumah selaso jatuh kembar menggunakan batu bata dan semen.
1.4 Pintu Selaso Jatuh Kembar
Pintu pada selaso jatuh kembar dinamakan juga Ambang atau Lawang. Bentuknya berupa persegi panjang dengan daun pintu berbentuk ram atau separuh ram. Seperti pada umumnya rumah melayu, pintu terbagi menjadi dua macam, yaitu pintu yang mengkoneksikan area luar dan area dalam serta pintu yang berada di area dalam rumah. Sebutan unik disematkan juga kepada pintu yang berada di area dalam rumah sebagai penghubung setiap kamar. Pintu ini disebut pintu Malim atau pintu Curi karena digunakan sebagai jalan pribadi bila ada tamu sehingga penghuni rumah tidak terlihat bolak-balik di hadapan tamu. Bahan utama pintu ini menggunakan kayu pilihan seperti punak dan tembesu. Pada pintu juga dipasang lobang angin pada bagian atas dan bagian bawah dipasang kisi-kisi.
1.5 Jendela Selaso Jatuh Kembar
Jendela atau tingkap atau pelinguk dalam bahasa melayu yang dimiliki rumah selaso jatuh tunggal memiliki keunikan tersendiri, yaitu bentuk dan ukurannya yang mirip dengan pintu. Ukurannya sedikit lebih kecil dan pendek dari pintu dan terdiri dari satu atau dua daun. Biasanya, seperti loteng dan pintu, pada jendela juga terdapat lobang angin atau bidai, namun ada pula yang tidak memakai bidai di atas jendela karena desain jendela yang berbentuk ukiran sehingga terdapat celah angin sebagai tempat masuk dan keluarnya udara. Ukuran jendela dalam satu rumah pun beragam tergantung ketinggian dinding. Biasanya jendela di ruang utama lebih tinggi daripada jendela lainnya.
1.6 Lantai selaso jatuh kembar
Terdapat dua teknik pemasangan lantai yang digunakan di dalam rumah selaso jatuh kembar yaitu pemasangan lantai dengan posisi rapat pada bangunan utama dan pemasangan dengan posisi jarang pada area belakang dan dapur. Lantai bangunan utama umumnya menggunakan kayu meranti, medang, atau punak sebagai material utamanya dan diketam dengan lebar antara 20 sampai dengan 30 cm. Sedangkan area belakang dan dapur menggunakan kayu nibung yang lebih tahan air.
Pola penyusunan lantai dibuat sejajar dengan Rasuk dan melintang diatas Gelegar dan ujungnya dibatasi oleh Bendul. Bendul adalah batas ruang dan batas lantai yang terbuat dari kayu dan tidak boleh bersambung karena digunakan sebagai penguat dan pengikat pada ujung lantai. Rasio tinggi lantai terhadap tinggi tiang digunakan untuk menentukan ketinggian lantai. Umumnya menggunakan rasio 20 hingga 60 cm.
1.7 Tangga Selaso Jatuh Kembar
Tangga rumah selaso jatuh kembar berada di bagian paling depan rumah. Pada berbagai ketinggian tangga umumnya jumlah anak tangga biasanya berjumlah ganjil dan tangga ini dilengkapi dengan tiang tangga dengan bentuk persegi atau bulat dan juga tangan tangga yang dipenuhi dengan ornament-ornamen. Bentuknya mengikuti umumnya rumah melayu yaitu semakin ke bawah tangga semakin melengkung dan melebar. Bahan utama membuat anak tangga dan tangan tangga biasanya kayu Nibung atau kayu keras agar kuat terhadap serangan cuaca, karena air pasang atau musim penghujan dapat menyebabkan meluapnya sungai dan terendamnya anak tangga. Namun tangga rumah selaso jatuh kembar yang ada sekarang ini hanya ada yang terbuat dari batu bata dan semen namun untuk mempertahankan cirinya, pada bagian luar tangga terdapat ukiran-ukiran yang semakin memperindah tangga.
1.8 Kolong Rumah Selaso Jatuh Kembar
Bentuk rumah selaso jatuh kembar yang berupa rumah panggung akan memberikan adanya ruangan kosong dibawah lantai rumah atau biasa disebut kolong. Adanya kolong difungsikan untuk menghindari masuknya air ke dalam rumah karena letak rumah kala itu yang posisinya dekat sungai sehingga mudah banjir bila masuk musim penghujan. Pada musim kemarau kolong rumah ini difungsikan sebagai tempat menyimpan kayu bakar, tempat menyimpan dan reparasi perahu atau sampan. Namun saat ini umumnya bagian kolong rumah diberi penyekat dan dimanfaatkan menjadi ruang serbaguna.
1.9 Ornamen dan Corak Hiasan Rumah Selaso Jatuh Kembar
Rumah selaso jatuh kembar dihiasi oleh berbagai ornament, mulai dari kepala atau atap hingga ke kaki atau tiang. Ornament-ornamen tersebut di hiasi dengan corak-orak khas melayu dimana setiap ukiran memiliki arti tertentu. Terdapat beberapa ornament utama yang terdapat pada rumah selaso jatuh kembar yaitu Selembayung, Lambai-lambai, Klik-klik, Kuda Berlari dan Sayok Layang
1. Selembayung
Seperti yang dipaparkan sebelumnya, selembayung ini terdapat di bagian ujung perabung rumah.
2. Lambai lambai
Lambai-lambai merupakan ornamen yang terdapat di sisi atas pintu dan jendela. Adanya lambai-lambai ini sebagai lambang keramah-tamahan pemilik rumah.
3. Klik-Klik
Sebutan lain klik klik adalah kisi-kisi dan jerajak. Ornament ini biasnya dipasang pada jendela dan pagar.
4. Kuda Berlari
Kuda berlari adalah ornament yang diletakkan sepanjang perabung rumah. namun ornament ini sudah tak banyak dipasang. Pemasangan hanya untuk perabung istana atau balai tertentu.
5. Selok Layang
Selok layang atau sayap atau layang-layangan merupakan ornament yang berada di keempat sudut cucuran atap dengan bentuk hampir menyerupai selembayung. Selembayung dan Selok Layang merupakan satu paket ornament yang pasti ada pada rumah selaso jatuh kembar. Posisi penempatan selok layang pada empat sudut merupakan symbol empat pintu hakiki, yaitu pintu rizki, pintu hati, pintu budi, dan pintu Ilahi. Sedangkan sayap layang sebagai symbol kebebasan, namun dengan mengetahui batasan serta tahu diri.
1.10 Ukiran Rumah Selaso Jatuh Kembar
Ornamen-ornamen yang terdapat di rumah selaso jatuh kembar selalu dihiasi dengan berbagai macam corak ukiran yang indah namun sarat makna. Berikut ini berbagai jenis corak ukiran yang biasa menghiasi rumah selaso jatuh kembar.
1. Itik sekawan (itik pulang petang)
Corak ini menggambarkan barisan itik yang berjalan bersama-sama menuju ke kandang. Corak ini memiliki makna sebagai panutan bagi manuasia agar selalu hidup berdampingan, selaras, damai, kompak dan bersama-sama.
2. Pucuk Rebung
Corak pucuk rebung ini menggambarkan bagian atas atau pucuk dari tunas bambu yang tumbuh meruncing yang menyerupai alam. Terdapat beberapa jenis corak pucuk rebung ini dengan makna yang berbeda-beda, yaitu
- Pucuk Rebung Bertunas yang bermakna hilangnya lapar dan dahaga sehingga permasalahan bisa selesai.
- Pucuk Rebung Sekuntum yang bermakna duduk bersama-sama untuk berdiskusi dan bermusyawarah untuk mencapai mufakat.
- Pucuk Rebung Kaluk Paku yang bermakna agar selalu bergotong royong dan saling membantu
- Pucuk Rebung Sirih Tunggal yang bermakna sebagai penghalang celaka dan sial
3. Lebah Bergantung (Ombak-ombak)
Hiasan ini menggambarkan sarang lebah yang bergantungan di dahan pohon. Biasanya terdapat di bawah cucuran atap dan kadang kala di bawah anak tangga. Corak ini mempunyai makna jadilah orang yang dapat memberi manfaat untuk orang lain dengan yang kita miliki, seperti lebah yang memakan makanan yang bersih untuk kemudian menghasilkan madu yang bermanfaat bagi semua orang.
4. Semut Beriring
Corak ini menggambarkan barisan semut yang berjalan beriringan. Corak ini memiliki makna agar manusia dapat mengikuti sifat semut yang rukun, tolong-menolong, rajin, dan teguh pendirian.
5. Awan Larat
Awan larat menggambarkan rangkaian dari motif yang sama yang berjejer dan tersusun rapi serta berdampingan dan berhubungan satu dengan lainnya. Corak ini digunakan sebagai symbol agar selalu mudah mendapatkan rejeki.
Masih banyak corak yang digunakan dalam rumah selaso jatuh kembar selain yang dipaparkan diatas. Ada corak geometri seperti lingkaran, wajik, kubus dan lainnya. Selain itu sebagai daerah yang kental dengan nuansa keagamaan, terdapat pula penggunaan corak kaligrafi yang berasal dari Al-Quran.
0 Response to "Rumah Adat Riau | Rumah Selaso Jatuh Kembar"
Post a Comment